Jumat, 05 Februari 2010

Pengamatan Morfologi Biji Secara Mikroskopis

Jumat, 05 Februari 2010 0 komentar

II. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum Perkecambahan biji dikotil dan monokotil, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan biji dikotil dan monokotil
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk perkecambahan biji dikotil dan monokotil
3. Mahasiswa dapat mengetahui terjadinya proses perkecambahan dan dapat mengetahui perubahan kecambah biji mulai hari pertama samapai terakhir
4. Mahasiswa dapat membandingkan kecepatan daya kecambah biji yang di amati


III. Dasar Teori

Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. sel-sel embrio membesar dan biji melunak.

IV. Metodeologi
Praktikum perkecambahan biji dilaksakan pada hari Selasa, 22 Desember 2009 – 30 September 2009. Praktikum dilaksanakan di kosan, Batu raden, Jember.

V. Alat dan Bahan
Alat dan dan bahan yang dalam praktikum perkecambahan Biji yaitu, pensil, ballpoint, cutter, lup, bak semai, media pasir, air kran, gembor, pengaris, penghapus, dan kertas HVS.

VI. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan perkecambahan benih di Bak semai
3. Mengamati hasil perkecambahan biji selama semainggu
4. Menggambarkan di dalam kertas HVS.

VIII. Pembahasan
Biji yang dilakukan perkecambahan pada tanaman monokotil yaitu jagung dan padi sedangkan pada biji dikotil yaitu : kacang tanah, kacang kedelai, kopi dan kakao. Adapun pertumbuhan biji jagung pada hari pertama sudah menunjukkan pembengkakan sedangkan padi pembengkakan ditunjukan pada hari kedua. Pada hari kedua jagung sudah muncul akar dan tunas, sedangkan padi pada hari ketiga. Tipe perkecambahan pada tanaman tersebut yaitu tipe epygeal.
Pada Biji dikotil (Kedelai,kacang tanah, kopi dan cacao) perkecambahn terjadi secara hypogeal., dari beberapa biji dikotil yang lambat perkecambahnnya yaitu biji kopi, bahkan sampai ahir pengamatan pun belum melakukan perkecambahan, ini di pengaruhi noleh sifat fisik kulit biji yang keras dan tebal sehinggamenghambat keluarnya tunas,demikian juga dengan kacang kedelai, sampai akhir pengamatan pun hanya ada beberapa biji yang berkecambah, penampakan biji busuk dan berjamur, awal nya di curigakan pengaruh media yang terlalu lembab , akan tetapi setelah di bandingkan dengan kelompok lain, ternyata benih kedelai pada masing-masing kelompok juga busuk dan berjamur setelah di kecambahkan dan ketika di lakukan pengulangan kecambah dengan sumber benih yang sama , tetap dsaja hasil kecambah dari benih kedelai tersebut busuk dn berjamur sehingga kemungkinan besar di sebabkan oleh benih yang sudah jelek pengaruh lamanya masa penyimpanan benih sebelum di gunakan.
Sedangkan pertumbuhan kecambah paling cepat dan bagus, pada biji dikotil adalah biji kacang tanah dimana pada hari 1 sudah menunjukan keluarnya radicula sepanjang 0,4 dan pada akhir pengamatan menunjukan panjang radicula 3,25, dimana pada akhir pengamatan radicula dari kecambah biji kacang tanah tradicula sudah keluar sepanjang 0,5 hanya saja panjang radicula pada akhir pengamatan coklat hanya 2 cm saja. Tipe perkecambhan pada tanaman dikotil ini yaitu tipe perkecambahan epigeal.
Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Sedangkan tipe hipogeal dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.
Tahap keempat adalah asimililasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi baru. Kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40 – 60 % (atau 67 – 150 % atas dasar berat kering). Dan akan meningkat lagi pada saat munculnya radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandunga air 70 - 90 %. Metabolisme sel-sel mulai setelah menyerap air yang meliputi reaksi-rekasi perombakan yang biasa disebut katabolisme dan sintesa komponen-komponen untuk pertumbuhan disebut anabolisme. Proses metabolisme ini akan berlangsung terus dan merupakan pendukung dari pertumbuhan kecambah sampai tanaman dewasa.
Pada proses perkecambahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormasni, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar meliputi : air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium.
Tingkat kemasakan benih, yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa jenis tanaman benih demikian tidak akan dapat berkecambah. Di duga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio terjadi sempurna. Ukuran benih : di dalam jaringan penyimpananya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi pada saat perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum, makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula.
Dormansi : suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lin : impermiabilitas kulit biji baik terhadap gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudiameter, dormnsi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah, misal : perlakuan stratifikasi, direndam dalam laruta sulfat, dan lain lain.
Penghambat perkecambahan : banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih yaitu : larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan manitol, larutan NaCl, bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, herbisida, auksin, coumarin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah.
Air : air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan. Dua fakor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan junlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Tingakat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatknya kebutuha air.
Temperatur : temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan benih. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan. Pada kisaran temperatur ini terdapat persentase perkecambahan yang tertinggi. Temperatur optimum bagi kebanyakan benih tanaman benih antara 26,5 – 35oC. Di bawah itu pada temperatur minimum terendah 0 – 5oC kebanyakan jenis benih akan gagal untuk berkecambah atau terjadi kerusakan yang mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal.
Oksigen : pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan meningakatnya pengambilan oksogen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambhan benih.
Cahaya : hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya. Benih yang dikecambahakan dalam kedaan gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, kecambah berwarna pucat serta lemah.
Medium : medium yang baik untuk perkecambahan haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit utama cendawan ”damping of”. Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan dilengkapi dengan bahan-bahan organik merupakan medium yang baik untuk kecambah yang ditransplantingkan ke lapangan. Pasir dapat digunakan sebagai medium dipersemaian. Kondisi fisik dari tanah sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan berkecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahnnya pada tanah yang padat, karena benih berusaha keras untuk menembus ke permukaan tanah. Selain medium, tingkat kedalaman penanaman benih juga dapat mempengaruhi perkecambahan benih. Hal ini juga mempunyai hubungan erat dengan kondisi fisik tanah. Pada tanah gembur benih yang ditanam sedikit dalam tidak akan banyak mempengaruhi perkecambahan. Berbeda dengan tanah yang lebih padat dimana sebaiknya benih ditanam tidak terlalu dalam untuk memudahkan kecambah muncul ke permukaan tanaman. Tatapi harus diingat jangan sampai menanam benih terlalu dangkal.


XI. Kesimpulan
Setiap benih memiliki kemampuan berkecamabah berbeda, tergantung pada kualitas benih, viabilitas dan vigor benih pun sangat mempengaruhi perkecambahandan juga keadaan suatu lingkungan tempat benih berkecambah sangat berperan penting dalam pertumbuhan kecambah. Dari hasil pengamatan biji dikotil kacang tanah dan cacao adalah biji yang paling cepat mmengeluarkan radicula, dan paling cepat pertumbuhan kecambahnya sedangkan biji kopi lambat karena di pengaruhi oleh kulit biji yang keras dan tebal, kacang kedelai di simpulkan bersumber dari benih yang sudah melewati masa penyimpanaa sehingga pada saat pengujian daya lecambah , semuanya mengalami pembusukan atau jamur, Sedangkan pada biji monokotil, pertumbuhan kecambah biji jagung jauh lebih cepat di bandingakan biji padi, perakaran pada biji monokotil terjadi secara hypogeal sedangkan pada biji dikotil terjadi dengan epygeal.












DAFTAR PUSTAKA

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW

http://www.wikipedia.com./perkecambahan

http://www.wikipedia.com./kecambah

http://organisasi.org/ciri_ciri_dan_perbedaan_tumbuhan_pohon_monokotil_dan_dikotil_biji_berkeping_satu_dan_dua_ilmu_sains_biologi



Posted in

0 komentar:

Wismajara The Gank

Wismajara  The Gank
Cewe-CeWe Gila

Temen_Temen Senasib

Temen_Temen Senasib
lagi Mu Senam...masih Juga berAction

Labels

berita (1)

Followers

About Me

Foto saya
Jember, Jawa Timur, Indonesia
sampai saaD ini zaya masiH bingung kaLo di tanya Qm punya cita-cita apa???

ShoutMix chat widget

Labels