Senin, 12 April 2010

PERBANYAKAN BIBIT PISANG CAVENDISH SECARA INVITRO

Senin, 12 April 2010 0 komentar

praktikum perbanyakan bibit pisang cavendish ini di lakukan di laboratorium PPPPTK Pertanian Cianjur yang merupakan persyaratan dalam mata kuliah Teknik mikropropogasi Tanaman Hortikultura dan di lakukan secara berkelompok. adapun tujuan praktikum ini adalah Mengetahui metode perbanyakan pisang Cavendish secara kultur jaringan tanaman, dan Menghasilkan bibit pisang Cavendish yang relatif banyak dan seragam, serta tahan terhadap hama penyakit untuk skala produksi.

PENDAHULUAN
Pisang merupakan salah satu tanaman buah–buahan asli indonesia. Pisang telah ada sejak manusia ada, namun saat itu pisang masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai pengumpul. Manusia hanya mengumpulkan makanan dari sekitar mereka tanpa menanamnya.
Pisang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Asia Tenggara, saat bekebudidaayaan pengumpul telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayuran. Di indonesia, hampir setiap pekarangan dan tegalan banyak dijumpai tanaman ini ada yang ditanam rapi dan dirawat dengan baik, adapula yang ditanam asal hidup saja sehingga tidak bisa mendapatkan hasil yang baik pada hal jika tanaman pisang dibudidayakan secara komersial keuntungannya tidak kalah dengan tanaman lain.
Tanaman pisang sangat banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Selain buahnya, bagian tanaman lainnya juga bisa dimanfaatkan, mulai dari bonggol sampai daunnya. Bunga pisang yang biasa disebut jantung pisang dimanfaatkan sebagai sayuran, sementara daun pisang dimanfaatkan untuk membungkus makanan oleh kebanyakan masyarakat pedesaan khususnya jawa, daun-daun tua yang sudah robek-robek dimanfaaatkan sebagai pakan kambing, kerbau, atau sapi karena banyak mengandung unsur yang di tumbuhkan untuk tubuh hewan selain itu dapat pula dimanfaatkan dalam pembuatan kompos. Batang pisang dimanfaatkan manusia misalnya dalam pembuatan bangunan, alas untuk mayat, untuk menutup saluran air bila ingin mengalirkan air atau membagi air, untuk tancapan wayang, untuk membungkus bibit, tali industri pengolahan tembakau ataupun dalam pembuatan kompos. Air dari batang pisang dimanfaatkan untuk penawar racun dan untuk pengobatan tradisional. Buah pisang dimanfaatkan sebagai makanan dan bahan makanan seperti tepung, anggur, sale, sari buah dll. Kulit daun digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bonggol pisang muda dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.
Sesuai dengan kemajuan teknologi, budidaya pisang mengalami kemajuan pesat yaitu dengan digalakkannya ekspor non migas. Budidaya pisang saat ini tidak hanya dilakukan secara intensif terutama untuk keperluan ekspor, melainkan banyak diminati oleh pengusaha sehingga pengusaha mau menanamkan modalnya untuk kegiatan budidaya disamping sebagai usaha perkarangan.
Salah satu komiditi pisang ekspor yang saat ini menjadi primadona dalam usaha agribisnis adalah pisang Cavendish sehingga untuk menghasilkan pisang Cavendish yang relatif cepat, berkualitas tinggi, sehat, resisten terhadap hama penyakit maka perlu diupayakan suatu budidaya yang lebih intensif lagi yakni melalui kultur jaringan.
METODOLOGI

1. Pembuatan Media
Prosedur kerja pembuatan media:
a Menyiapkan labu ukur yang telah diisi aquades sebanyak 1 / 3 dari volume labu ukur tersebut dan meletakannya diatas hotplate.
b Memasukan/mencampurkan seluruh komponen penyusun media (kecuali pemadat / agar) kedalam labu ukur sesuai volume / takaran yang diperlukan.
c Mengaduk dengan menggunakan magnetic stirer diatas hotplate sampai seluruh komponen terlarut ( homogen ), kemudian tera hingga volume 1 liter.
d Melakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Apabila pH kurang dari 5,7 maka berikan penambahan NaOH 1 N hingga pH sesuai. Apabila pH lebih dari 5,7 maka berikan penambahan HCl 1 N hingga pH sesuai.
e Setelah pengukuran pH selesai, kemudian menambahkan pemadat / agar kedalam media kemudian aduk hingga merata.
f Memanaskan media diatas kompor gas dengan api kcil hingga mendidih.
g Menuangkan media kedalam botol kultur sebanyak 25 – 30 ml, kemudian tutup botol serta beri label.
h Memasukkan media kedalam autoklaf untuk disterilisasi pada tekanan 1 atm dan suhu 121o C selama 15 – 30 menit.
i Media hasil sterilisasi disimpan di ruang penyimpanan media dan dibiarkan hingga dingin terlebih dahulu sebelum digunakan.
2. Inisiasi Eksplan Pisang Cavendish
a. Di luar Laminar Air Flow Cabinet
1) Mengmbil eksplan dibagian bonggol tanaman tanaman pisang, dikupas dibawah air mengalir dan masukan kedalam botol steril yang berisi air aquadest steril.
2) Menambahkan larutan tween 80 sebanyak 10 tetes dalam 50 ml air aquadest steril selama 20 menit bilas 3 kali dengan aquadest steril.
3) Merendam dalam larutan bakterisida agrept 0,2 gr/100 ml air selama 1 jam. Kemudian bilas 3 kali menggunakan aquadest steril.
4) Merendam dalam larutan fun gisida benstar 0,2 gr/100 ml air selama 1 jam. Kemudian bilas 3 kali menggunakan aquadest steril.

b. Di dalam Laminar Air Flow Cabinet
1) Merendam dalam larutan alkohol 70 % selama 1 menit kemudian bilas 3 kali menggunakan aquadest steril
2) Merendam dalam larutan bayclean 30% selama 30 menit kemudian bilas 3 kali menggunakan air aquadest steril.
3) Merendam dalam larutan bayclean 20% selama 20 menit kemudian bilas 3 kali menggunakan air aquadest steril.
4) Mengupasnya dan mengambil bagian dalamnya kemudian dibelah dua dan dilap menggunakan tissue steril sampai kering.
5) Eksplan yang bersih ditanam di media MS0 + media cair ( dalam 1 botol diisi 1 eksplan ).
6) Menulis nama klon dan tanggal tanam pada botol yang telah berisi eksplan
7) Botol kultur yang telah berisi eksplan disimpan di ruang kultur

3. Multiplikasi Pisang Cavendish
a. Kegiatan penggandaan tunas seluruhnya dilakukan dalam Laminar Air Flow Cabinet
b. Memasukan alat-alat yang telah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf yaitu alat-alat diseksi beserta wadahnya, botol, tissue, lap petridish, / kaca kedalam laminar air flow.
c. Menyiapkan alkohol 96 % dalam botol dan nyalakan lampu Bunsen, kemudian bakar alat – alat diseksi dan biarkan hingga dingin.
d. Menyiapkan botol kultur berisi tunas-tunas yang akan diperbanyak dan botol kultur yang berisi media untuk multiplikasi tunas pisang
e. Mengeluarkan tunas in vitro dari dalam botol, kemudian ditempatka pada Petridish / kaca.
f. Memisahkan tunas-tunas yang bergerombol dengan menggunakan scalpel dan pinset.
g. Membersihkan akar-akar pada tunas kemudian tunas dilap menggunakan tissue steril
h. Setiap kali selesai digunakan alat-alat diseksi di bakar dengan cara menyelupkan kedalam alcohol 96 % dan membakarnya dengan api pada lampu Bunsen.
i. Tunas-tunas tersebut kemudian ditanam pada media penggandaan tunas yaitu media 2
j. Botol kultur yang telah berisi tunas-tunas di beri label (nama klon dan tanggal tanam)
k. Botol kultur yang telah diberi label disimpan di ruang kultur.

a. Menanam tunas-tunas tersebut pada media penggandaan tunas yaitu media 2 N
b. Botol kultur yang telah berisi tunas-tunas di beri label (nama klon dan tanggal tanam)
c. Botol kultur yang telah diberi label disimpan di ruang kultur.

PEMBAHASAN
1. Pembuatan Media
Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan bergantung pada media yang digunakan. Media merupakan penyedia unsur hara bagi tanaman. Selain unsur hara, media merupakan penyedia karbohidrat bagi tanaman dan penyedia unsur lain yang diperlukan bagi tanaman. Pada perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan yang dilakukan di laboratorium PPPPTK Pertanian Cianjur menggunakan media dasar MS. Yaitu media MS 0 + Media Cair, Media MS + 2 ppm BAP .
Dalam pembuatan media ini agar mempermudah dalam penimbangan bahan maka dilakukan pembuatan larutan stok. Seperti larutan stok makro, larutan stok mikro, larutan stok FeEDTA, larutan stok Vitamin, dan larutan stok ZPT.setelah pembuatan larutan stok dilakukan stok larutan disimpan pada lemari es dan dapat digunakan sesuai dengan keperluan.

Pembuatan larutan stok dibuat dengan kepekatan tertentu. Pembuatan larutan stok tidak diperkenankan dengan kepekatan yang tinggi, karena dapat membuat pengendapan pada tempat penyimpanan sehingga jika terjadi pengendapan akan mengurangi konsentrasi larutan stok tersebut.
Media yang digunakan di Laboratorium Kultur jaringan ini adalah menggunakan media sesuai dengan keperluan seperti media untuk inisiasi digunakan media MS 0 + media Cair, media MS + 2 ppm BAP digunakan untuk tahap multiplikasi. Jumlah media MS untuk inisiasi adalah sebanyak 1 liter menjadi 40 botol ditambah dengan 500 ml media MS cair + BAP 2 ppm. Dan media multiplikasi sebanyak 1 liter menjadi 40 botol.

Pembuatan media cair pada tahap inisiasi diperlukan dalam jumlah sedikit oleh sebab itu pembuatan media cair disesuaikan dengan jumlah eksplan yang akan diinisiasi. Media cair ini digunakan untuk mempercepat dalam pertumbuhan eksplan karena media cair ini telah mengandung ZPT Sitokinin yang memacu pertumbuhan tunas. Pada praktikum yang telah dilaksanakan kami baru melaksanakan pembuatan media untuk inisiasi dan untuk multiplikasi. Media yang dibuat disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0 C Selama 30 menit dan disimpan diruang media.

2. Inisiasi Pisang Cavendish
Eksplan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bagian bonggol pisang yang berjumlah 30 bonggol yang disterilisasi meenggunakan bahan-bahan kimia yang dilakukan diluar laminar maupun didalam laminar. Eksplan yang asalnya 30 stelah diinisiasi menjadi 40 karena pada proses penanan 20 bonggol ditanam utuh satu bonggol sedangkan yang 10 bonggol dobrelah menjadi 2 bagian sehingga jumlah keseluruhan eksplan yang ditanam pada media inisiasi adalah 40 eksplan.
Pertumbuhan eksplan dalam beberapa hari telah tumbuh signifikan dapat dilihat dari cepatnya pertumbuhan eksplan tersebut dan pada umur satu minngu setelah tanam eksplan tersebut telah terbentuk daun dan beberapa eksplan yang telah tumbuh tunas baru sehingga dapat dilakukan subkultur pada umur 1 minggu. Pada umur 1 minggu sebagian eksplan disubkultur karena beberapa eksplan terkena bakteri dan terjadinya rusak media.
Inisiasi kultur bertujuan mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Upaya mendapatkan kultur yang bersih dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel dipermukaan eksplan. Kontaminan dapat berupa jamur, bakteri, maupun mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan terganggu sehingga eksplan tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan mati.
Inisiasi eksplan pisang Cavendish yang dilakukan di Laboratorium PPPPTK Pertanian Cianjur dilakukan menggunakan bahan-bahan seperti larutan tween, bakterisida (agrept) dan fungisida (benstar) , larutan bayclean, dan alcohol 70%.
Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan. Selain faktor genetis eksplan yang telah disebutkan di atas, kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai eksplan.
Meskipun masing-masing sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi, namun masing-masing jaringan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan beregenerasi dalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk masing-masing kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya.
Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi. Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur dibandingkan jaringan tua. Oleh karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncup-kuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil.
Ukuran eksplan juga mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil lebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan, maka semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruang dan media kultur yang lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat tergantung dari jenis tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan pengkulturannya.
Pada pembuatan media disesuaikan dengan kebutuhan media yang akan digunakan Media 0 merupakan media semi padat yang terdiri dari unsur hara makro, mikro, MS 6. FeEDTA, Myoinositol vitamin gula dan agar sebagai pemadat media O ini merupakan media dasar tanpa menggunakan ZPT dengan pH 5,7. Penyediaan ZPT digunakan pada media cair dengan komposisi seperti media O hanya tidak menggunakan larutan MS 6 dan gula. Tetapi menggunakan ZPT BAP 10-3 sebanyak 2 ml. penggunaan media cair dimaksudkan untuk mengkondisikan eksplan pisang yang banyak mengandung getah sehingga jika menggunakan media padat saja dapat menghambat pertumbhan dan dapat mengakibatkan penyerapan unsurhara dan zat lain terhambat. Sedangkan jika hanya menggunakan media cair saja terdapat beberapa kendala seperti diperlukan alat khusus untuk megocok media yaitu seker, dan penggunaan media cair saja lebih rentan terjadi browning sehingga dapat menimbulkan terjadinya kegagalan dalam penanaman. Dengan kata lain penggunaan media O + Media cair lebih efektif dalam penumbuhan eksplan pada tahap inisiasi pisang Cavendish.

4. Multiplikasi Pisang Cavendish
Kegiatan multiplikasi yang dilakukan dilaboratorium PPPPTK Pertanian Cianjur untuk pisang Cavendish dilakukan setelah 1 minggu setelah tanam dan 2 minggu setelah tanam. Pada umur 1 minggu eksplan telah tumbuh daun dan dapat dilaksanakan multiplikasi. Pada tahap ini yang dilakukan subkultur hanya berjumlah 26 eksplan karena yang 26 ini media asalnya telah rusak dan ada juga media yang terkontaminasi. Dan sisa dari 26 masih terlihat segar dan masih memungkinkan untuk tumbuh dan bermultiplikasi di media inisiasi. Karena pada media inisiasi telah ditambahkan media cair yang mengandung BAP 2 ppm. Namun dilihat dari jumlah tunas yang melakukan multiplikasi justru yang bonggol dibelah menjadi dua yang banyak tumbuh tunas baru.
Pada prinsipnya, tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini perbanyakan tunas dirangsang, umumnya dengan mendorong percabangan tunas lateral atau merangsang pertumbuhan tunas adventif. Kondisi ini memerlukan sitokinin seperti BAP. Eksplan yang hidup dari hasil inisiasi disubkultur ke media yang mengandung sitokoinin, propagul yang dihasilkan dalam jumlah berlipat disub kultur secara berulang-ulang sampai mencapai jumlah propagul yang diharapkan, setelah itu, tunas mikro yang dihasilkan dapat diaklimatisasi.
Subkultur dapat dilakukan beberapa kali sampai jumlah tunas yang dihasilkan sesuai dengan yang kita harapkan dan tidak menurunkan mutu tunas.
Pada tahap ini media yang digunakan adalah media multiplikasi yang mengandung ZPT BAP untuk pertumbuhan tunas. media ini digunakan setelah eksplan yang telah tumbuh pada media inisiasi. Ketika melakukan multiplikasi ini propagul yang tumbuh di bersihkan dari agar yang menempel sehingga tidak terbawa ke media multiplikasi. Dan tanaman yang terdapat akar. Dibuang agar tunas baru cepat tumbuh dan unsur ZPT yang tersedia tidak diserap oleh akar.
Tunas yang diperoleh pada tahapan ini digunakan sebagai bahan perbanyakan berikutnya, oleh karena itu pada tahapan ini dilakukan banyak sub kultur untuk melipatgandakan jumlah plantlet yang dihasilkan. Pada tahapan ini, tunas yang dihasilkan dipotong-potong dengan teknik single-node/multiple node culture maupun dengan mengambil pucuknya sebagai eksplan untuk perbanyakan. Bahan tersebut kemudian ditanam pada media baru yang umumnya mengandung sitokinin pada konsentrasi yang lebih tinggi dari auksin.
Sampai saat ini tanaman yang tersisa adalah 24 tanaman dan 26 tanaman telah terjadi kontaminasi yang berupa jamur yang dpt disebabkan oleh kurang hati-hatinya dalam melakukan subkultur maupun multiplikasi dan kurang menjaga kebersihannya seorang cutter yang melakukan pekerjaan didalam laminar.


Posted in

0 komentar:

Wismajara The Gank

Wismajara  The Gank
Cewe-CeWe Gila

Temen_Temen Senasib

Temen_Temen Senasib
lagi Mu Senam...masih Juga berAction

Labels

berita (1)

Followers

About Me

Foto saya
Jember, Jawa Timur, Indonesia
sampai saaD ini zaya masiH bingung kaLo di tanya Qm punya cita-cita apa???

ShoutMix chat widget

Labels